“Riri bangun !!” tangis Ayu disamping tempat tidur sahabatnya yang tergolek lemah.
Aneh
memang,berkali-kali dokter memeriksa kondisi tubuh Riri dan dokter selalu
menyatakan bahwa tak ada kesalahan apapun pada fisik Riri. Tak ada penyakit
apapun. Namun, pada kenyataannya sudah 7 hari Riri sama sekali tak terbangun
dari tidurnya. Seperti orang mati.
Orangtua Riri
pun bingung kenapa hal semacam ini bisa terjadi. Karena seingat mereka Riri tak
pernah mengidap penyakit berbahaya apapun. Dan beberapa hari sebelum Riri
memulai tidur panjangnya pun ia tak menunjukkan gejala sakit apapun. Hanya
saja, sebelum ia memulai tidur panjangnya, Riri tampak begitu pilu. Yang
dilakukannya hanya diam dan tiba-tiba menangis. Seperti seseorang yang kehilangan sesuatu yang sangat
berharga dalam hidupnya. Dia melakukan aktivitasnya dengan normal seperti
biasa. Namun pandangannya selalu kosong. Dan di sela-sela pandangan kosong
itu selalu diiringi dengan tangis.
Dengan air mata yang tiba-tiba melepaskan diri begitu saja.
Di hari ke-7
ini, mata Riri tertutup nampak begitu tenang. Begitu sejuk. Seolah-olah dia
menemukan sebuah kedamaian. Sesekali bibir mungilnya terlihat menyiratkan
sebuah senyuman walaupun tak satu suara pun keluar. Hal ini menyebabkan Ayu dan
kedua orangtua Riri semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi.
Hari mulai
beranjak sore, Ayu berpamitan pada kedua orangtua Riri untuk segera pulang
karena orangtuanya pasti khawatir jika ia pulang terlambat.
“Om,Tante,
Ayu pamit pulang dulu. Besok Ayu pasti kesini lagi” pamit Ayu.
“Oh
iya, terimakasih nak Ayu sudah mau menemani Riri.” Balas ibu Riri.
Sebelum
benar-benar pulang, Ayu mengecup kening Riri dan membisikkan sesuatu pada
sahabatnya yang tertidur pulas itu.
“Jika kau tak
bisa menceritakan apa yang terjadi padamu disini, aku harap kau mau datang ke
mimpiku dan katakan apa
yang terjadi padamu, sahabat~.” Bisik Ayu.
Benar saja,
seolah mendengar bisikan Ayu, Riri benar-benar muncul di dalam mimpi Ayu pada
malam harinya. Namun di dalam mimpi pun Riri hanya diam dan tersenyum tanpa
mengatakan apapun.
“Riri !!”
panggil Ayu.
Riri hanya
menoleh dan tersenyum pada Ayu sambil tetap terduduk dibawah pohon tempatnya
berteduh. Ayu pun mendekati Riri.
“Dimana ini,Ri??
Tempat apa ini?? Tempat ini begitu indah.”
Namun tetap saja
Riri hanya diam dan tersenyum. Lalu Ayu pun ikut duduk di samping Riri dan ikut
terbenam memandangi pemandangan yang begitu indah di tempt itu. Tempat itu
memang begitu indah. Sebuah bukit hijau dihiasi dengan beberapa kelompok bunga
penuh warna di beberapa titik, langit senja yang begitu cerah dengan efek shocking pink sky, suara ombak berdeburan,
lautan yang biru, dan tak tertinggal pula sebuah pohon beringin besar yang
rindang. Pohon yang melambangkan sebuah kedamaian. Ya, tempat itu mereka
terduduk sekarang.
“Ri, kenapa kau
disini??Apa tempat ini menyenangkan??Kau suka disini?? ”
Tetap saja Riri
memberikan jawaban hanya dengan sebuah senyuman yang penuh dengan teka-teki.
Sudah cukup lama mereka berdua terduduk menikmati pemandangan disana.
“Ri,kita sudah
lama disini. Ayo kita pulang!!” ajak Ayu.
Namun Riri
menolak. Ia tersenyum dan menggelengkan kepala. Tiba-tiba Riri berdiri dan
meninggalkan Ayu. Ia berjalan menuju sekumpulan bunga krisan putih lalu
kemudian menghilang begitu saya.
“Ri !! Riri !!
Jangan pergi !!” teriak Ayu.
Tiba-tiba ayu
terbangun dan menyadari bahwa semua itu hanya mimpi.
Keesokan harinya
Ayu datang ke rumah Riri saat sepulang sekolah. Ayu menceritakan
mengenaimimpinya kepada kedua orangtua Riri. Dan entah kenapa Ibu Riri memiliki
suatu firasat tentang mimpi Ayu. Seketika itu juga orang tua Riri memanggil
‘seorang pintar’ . Kyai,paranormal,cenayang,atau apapun itu namanya. Seorang
tersebut bernama Pak Subur *JENG JENG JENG O.O *. Sesaat kemudian Pak Subur
datang, lalu Ibu Riri menceritakan tentang mimpi Ayu pada Pak Subur. Pak subur
diam dan manggut-manggut. Pak Subur beranjak menuju ke tempat dimana Riri
terbaring. Dengan mulut berkomat-kamit dan entah mantra apa yang dibacanya, Pak
subur mengarahkan kedua tangannya beberapa centimeter diatas kepala dan dada
Riri. Setelah beberapa saat, Pak Subur membuka matanya lalu mengtakan bahwa
Riri tak ingin pulang. Dia bahagia disana, dia tak merasakan rasa sakit hati
disana, ia mendapatkan cinta yang indah disana.
“Nak Ayu, apa
benar anda mengajak Riri pulang tapi ia menolak ??”
“i..iya pak.”
Jawab Ayu.
“Kenapa, pak?”
tanya orangtua Riri bersamaan.
“Nak Ayu dan Nak
Riri adalah sahabat. Tentu mereka saling menyayangi. Seharusnya Nak Ayu bisa
membawa Nak Riri pulang.” Jelas Pak Subur.
DEGG!! Ayu
terdiam. Ia merasa lemas.
“Atau
mungkin...” lanjut Pak Subur.
“Mungkin apa,
Pak??” sela Ayu.
“Mungkin ada
seseorang yang lebih disayangi oleh Nak Riri melebihi Nak Ayu atau apapun dan
siapapun.”
“Angga !! Pasti
Angga !!” batin Ayu.
Keesokan harinya
Ayu pergi menemui Angga. Ayu sangat yakin bahwa orang yang sangat disayangi
Riri adalah Angga. Orang yang sangat disayangi oleh Riri melebihi apapun dan
siapapun adalah Angga. Dan lagi, jika ditelik lebih dalam, Riri mulai menjadi
linglung setelah ia dan Angga mengakhiri hubungan mereka. Ayu menunggu Angga di
kafe ‘Lotus’.
“Yu !!” panggil
Angga dari kejauhan.
“Hey, silahkan
duduk.”
“Ada apa??
Tumben ngajak ketemu??”
Lalu Ayu
menceritakan pada Angga tentang semua yang terjadi pada Riri. Tentang
tertidurnya Riri,tentang mimpi Ayu, dan juga tentang yang dikatakan Pak Subur.
Angga terdiam. Seperti ada beribu petir menyambar tepat ke arah dadanya. Begitu
sakit. Begitu pilu. Orang yang disayanginya mengalami hal seperti ini. Tentu
saja Angga sangat menyayangi Riri. Sangat menyayanginya melebihi rasa sayangnya
terhadap dirinya sendiri. Dan alasan kenapa mereka berpisah pun sangat rumit.
Mereka berpisah walaupun mereka tak ingin. Karena mungkin memang harus seperti
itu alurnya.
Angga dan Ayu
bergegas menuju ke rumah Riri. Tak disangka ternyata Pak Subur juga berada
disana. Angga langsung menuju kamar Riri. Didekatinya sosok yang sangat
disayanginya itu dengan perlahan. Dibelainya rambut Riri dengan lembut. Dan
butiran bening itu jatuh begitu saja dari pelupuk mata Angga. Angga mengalihkan
pandangannya pada Pak Subur.
“Pak, tak adakah
yang bisa kita lakukan agar Riri terbangun??” tanya Angga.
“Kita tidak
bisa, tapi sepertinya Nak Angga bisa.”
“Saya??” angga
kaget.
“iya, sepertinya
Nak Angga lah orang yang sangat disayangi oleh Nak Riri.” Ujar Pak Subur.
“Bagaimana
caranya,Pak??”
“Nak Angga harus
berada di tempat yang sama dengan Nak Riri.”
“Jadi??”
“Jadi saya akan
mengantar Nak Angga kesana. Namun itu jika Nak Angga berkenan.”
“Lakukan, Pak!!
Tapi apa itu akan lama??”
“Tergantung.
Tergantung sekuat apa Nak Angga bertekat dan bertahan untuk berusaha membawa
Nak Riri pulang.”
“Baiklah,Pak.
Tolong antar saya kesana.”
Sebelum ritual
dimulai, Angga terlebih dulu menghubungi orangtuanya dan mengatakan bahwa ia
akan pergi ke luar kota untuk beberapa waktu untuk sebuah urusan. Hal itu
dilakukan agar orangtuanya tidak khawatir.
Ritual pun
dimulai. Pak Subur meminta Angga berbaring tepat disamping Riri yang tertidur
panjang. Angga menarik nafas panjang dan menutup mata. Dalam hatinya ia berjanji bahwa ia akan membawa Riri pulang
walau bagaimanapun itu caranya. Pak Subur pun mulai membaca mantranya.
**
** ** ** **
Angga berada di
tempat yang sama sekali tak dikenalnya. Asing, benar-benar asing. Namun, tempat
itu sangat indah. Tak pernah ia mengunjungi tempat seindah itu sebelumnya.
Ia mendengar
suara nyanyian. Suara seorang gadis.
Suara itu menyenandungkan sebuah lagu yang sangat dikenalnya.
“Sarang
sarang sarang deullyeooneun bissori. Dugeun dugeun dugeun tteollyeooneun nae
gaseum. Sarang sarang sarang dugeun dugeun, usansori bissori nae gaseum sori.
Sarangbi~ga naeryeo onaeyo. I love rain i love you.” Syair itulah yang
disenandungkan oleh suara tersebut.
Angga mulai
melangkah mendekati asal suara itu dengan perlahan. Namun, tanpa menoleh pada
Angga, sosok si empunya suara itu berjalan berlalu meninggalkan tempat dimana
semula dimana ia bersenandung. Ya, sosok itu adalah sosok Riri. Sosok yang
dicari oleh Angga. Riri tampak sangat cantik terbalut dalam mini dress se-lutut berwarna biru muda
dilengkapi dengan hig heels berwarna
senada dan rambutnya yang tergerai bebas. Riri nampak sangat anggun namun tak
meninggalkan karakter asli dirinya yang chic,ceria,
dan lincah. Riri menoleh pada Angga dengan pandangan penuh tanya.
“Siapa orang ini
??” batin Riri.
Ya, Riri tak
mengenal siapa Angga. Karena ini adalh dunia Riri. Dunia yang ia ciptakan
sendiri. Dunia dimana ia bisa melakukan apapun dan semua ia kendalikan
sendirinya. Karena ia lah penciptanya. Ya, ini dunianya. Dunia fantasinya.
Dunia khayalannya.
Tentu saja ia
tak mengenal Angga. Karena dari awal ia menciptakan dunia ini adalah dengan
tujuaan untuk meninggalkan orang-orang di masa lalunya dan menemui orang-orang
baru yang belum pernah ditemuinya sebelumnya. Dan Angga bukanlah termasuk tokoh yang ada di dunia Riri. Seperti halnya Ayu. Oleh
karena itu Riri tak mengenal mereka.
** *** ** ** **
Riri
berjalan menuju sebuah rumah kayu sederhana. Rumah itu begitu mungil dan asri.
Riri berjalan dengan santainya. Dan tentu saja Angga membuntutinya. Di teras
rumah itu Tedy sudah menunggu Riri. Tedy, ia adalah sosok yang sangat disayangi
oleh Riri. Pastinya di dunia Riri. Dan di dunia Riri, Tedy tak pernah sekalipun
menyakiti Riri. Riri datang, Tedy pun memeluknya dengan hangat. Angga tersentak
kaget.
“
Siapa pria itu ?” batin Angga.
Riri
dan Tedy berlalu masuk ke dalam rumah. Pikiran Angga
kalut. Ada banyak tanya yang tiba-tiba muncul di kepalanya. Siapa pria itu ??
Ada apa dengan mereka ?? Kenapa mereka disini ?? Dan banyak tanya tanya lainnya
yang berkecamuk di pikirannya.
Ada sebuah rumah
di sebelah rumah tempat Riri dan Teddy masuk tadi. Angga beranjak dari
tempatnya terpaku dan berjalan menuju rumah itu. Angga mendekati pintu,
“Permisi !! Ada orang?!!”
Namun tak ada
jawaban. Angga melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan ragu. Benar
saja, tak ada seorang pun di dalam rumah itu. Perabotan di rumah itu lengkap.
Hanya saja, semuanya adalah perabotan tua. Meja, kursi, tv, dan benda-benda
lainnya begitu klasik. Begitu kuno. Ada dua buah tempat tidur kecil disana yang
berjajar tak berjauhan. Angga mendekati salah satu tempat tidur itu dan
membaringkan tubuhnya. Hingga akhirnya dia terlelap.
********
Angga mencium
aroma masakan yang begitu sedap dan membuatnya terbangun dari tidurnya. Ia
bangkit dan berjalan mengikuti aroma masakan itu berasal. Seorang nenek ada disana.
Beliau tampak sibuk dengan pisau dan beberapa sayuran yang sedang
dipotong-potongnya. Beliau menyadari kehadiran Angga dan menoleh,
“ Kau sudah bangun?? Apa kau sudah
lapar?? “
Angga hanya
terdiam.
“ Duduklah. Kau makanlah dulu.”
Nenek itu mempersilahkan Angga duduk dan membawakannya beberapa makanan yang
sudah ia masak. Nenek tua itu duduk di depan Angga.
“ Aku tau kau akan datang.” Ucap
nenek tua itu.
Angga kaget dan
memandang nenek tua itu dengan penuh tanya.
“ Sudahlah, kita makan dulu. Kau
pasti lapar. Nanti saja kita bicara.”
Setelah makan,
nenek tua itu menceritakan tentang semua yang ada disini. Semua hal yang ada di
dunia Riri.
“ Lalu, pria itu siapa , nek??”
“ Dia Teddy. Disini,tedy adalah kekasih
Riri. Kekasih yang tak pernah sekalipun melukai hati Riri. Seperti yang selalu
diharapkan Riri. Dan akhirnya, terciptalah sosok Teddy disini. Di dunia milik
Riri.”
“ Tapi nek, bukankah dunia ini
semu?? Semua yang ada disini, Teddy, dan maaf mungkin nenek juga semu. Tidak nyata.”
“ Tentu saja aku mengerti. Dan
bukankah kau datang kesini juga karena ingin membangunkan Riri dari dunianya??”
“ Iya, nenek benar.“
“ Tentu saja kau harus. Karena dunia
ini semu. Dan tempat riri bukanlah disini. Ini tak akan baik untuknya. Karena
dunia ini hanya angan.’
“ Tunggu, bagaimana nenek bisa tahu
tentang semua ini?? Dan juga bagaiman nenek bisa tau tentang aku??”
“ Karena Tuhan mengijinkan ku untuk
tahu.” Jawab nenek tua itu dengan tersenyum.
“ Lalu apa yang harus saya lakukan,
nek ??”
“ Hanya nak Angga yang tau nak Angga
harus berbuat apa. Riri tak akan mengenalmu disini. Karena pada dasarnya kau
tak pernah ada di dunia yang ia ciptakan ini.”
Angga semakin
tak mengerti harus berbuat apa. Ia hanya diam.
“ Mungkin cinta
nak Angga yang bisa membawanya pulang.” Ujar sang nenek sambil berlalu.
********
Disaat Angga
disibukkan oleh teka-teki yang dihadapinya, Riri datang.
“ Permisi !! Nenek Uti ada??”
Angga terkejut
dan bangkit dari tempat ia duduk,
“ Nenek Uti siapa, Ri??”
Riri memandan
Angga dengan tatapan bingung. Angga pun tersadar, tentu saja nenek Uti adalah
nenek pemilik rumah rumah yang ia tumpangi saat ini.
“ Ahhh dasar bodoh !” Angga merutuki
dirinya sendiri.
“ ahh, iya nenek Uti ada. Silahkan
masauk. Ri !!”
“ Kamu mengenalku??” tanya Riri.
Angga gelagapan.
Bagaiman ia bisa lupa kalau Riri tak mungkin mengenalinya disini.
“ I... iya tentu saja. Nenek
menceritakan tentang tetangga-tetangga disini.” Jawab Angga sekenanya.
Nenek Uti
muncul, Angga bernapas lega merasa tyerselamatkan dengan kemunculan nenek Uti.
Jadi ia tak harus meladeni pertanyaan-pertanyaan Riri yang sudah pasti akan
membuatnya semakin bingung harus
menjawab apa. Nenek uti mempersilahkan Riri duduk dan memperkenalkan Angga
sebagai cucunya yang datang dari tempat yang jauh. Ya, tentu saja. Angga memang
datang dari tempat yang jauh.
Sangat-sangat jauh. Bahkan dari dimensi yang berbeda hanya dengan tujuan untuk
bisa membawa Riri pulang. Membawa seseorang yang sangat disayanginya pulang dan
kembali bersamanya.”
*********
Ini sudah hari
ke-3 Angga berada di Dunia Riri. Namun ia masih bingung tentang apa yang harus
dilakukannya untuk bisa membawa Riri pulang. Hari ini Angga berencana
berkunjung ke rumah Riri. Ya, rumah Riri di dalam Dunia Riri.
“ Permisi !!” Angga mengetuk pintu
rumah Riri. Riri membuka pintu dan tersenyum. Ia mempersilahkan Angga masuk.
Angga terkejut saat melihat Teddy ada di dalam sana. Sebagai seorang pria,
tentu saja ia merasa cemburu melihat orang yang sangat disayanginya bersama
orang lain. Bersama pria lain.
Angga duduk
mematung. Ia bingung harus mengatakan apa. Disamping itu, ia juga sedang
terbakar api cemburu melihat
dua sosok yang ada di depannya saat ini. Seperti ada ledakan api di dalam
dadanya. Begitu panas, begitu membakar. Sesaat kemudian Teddy berpamitan dengan
alasan ada urusan yang harus ia selesaikan. Aneh, dari ekspresi wajah Teddy ia
tak menunjukkan adanya ekspresi marah atau terganggu atas kedatangan Angga yang
jelas-jelas mengganggu waktu bersamanya dengan Riri. Malah Teddy terkesan seolah
memberikan kesampatan pada Angga untuk mendekati Riri.
Sepeninggal Teddy,
mulailah obrolan-obrolan ringan muncul diantara Angga dan Riri. Yahh satu poin
plus untuk Angga. Hari mulai sore. Angga pun berpamitan pulang.
**********
Hari ke 5
Angga semakin
dekat dengan Riri. Beberapa hari terakhir mereka tampak sering bersama. Riri,
ia mulai terlihat
nyaman dengan kehadiran Angga. Ia mulai merasakan debar-debar di dada saat ia
sedang bersama dengan Angga. Mulai merasa rindu dan kosong saat Angga tak ada
disisinya. Mulai merasa khawatir saat Angga tak datang menemuinya. Dan
rasa-rasa hati yang tak bisa dijelaskan dengan ungkapan lainnya. Seperti itulah
yang ia rasakan. Entah apa itu namanya. Cinta ?? Ya, mungkin itu dia. Mungkin Riri
memang jatuh cinta. Jatuh cinta pada sosok Angga. Sosok yang baru dikenalnya di
“Dunianya” dan mampu menumbuhkan banyak rasa-rasa aneh di hatinya. Lalu
bagaimana dengan Teddy?? Riri sangat menyayangi Teddy.
Teddy adalah
seorang kekasih yang selalu bisa membuatnya tersenyum dan tak pernah
menyakitinya walau hanya untuk sekali waktu saja. Seseorang yang tampan,
lembut, dewasa, selalu penuh perhatian, dan faktor-faktor lainnya yang
membuatnya terlihat begitu sempurna di mata Riri. Tentu saja sangat sesuai
dengan apa yang selalu didambakan oleh Riri. Tertanam di otak Riri, berkembang
di bilik hatinya, dan terproyeksi langsung di alam imajinasainya. Tentu saja
ada di dunia ini, karena angan Riri sudah memprogramnya untuk ada. Ada di
“Dunia Riri”.
Beberapa hari
ini Tedy menghilang. Ia selalu punya beribu alasan untuk m,enghindari Riri. Ya,
tentu saja semenjak kemunculan Angga disini. Di “Dunia Riri”. Teddy seolah
menghilangkan dirinya sendiri. Entah karena alasan apa.
“Ri, kamu kenapa??” tanya Angga.
“ Engg... engga gapapa.”
“ Kamu gak suka ya kalo aku
disini??”
Riri tersentak
kaget dengan pertanyaan Angga. Pertanyaan yang begitu umum namun entah kenapa
Riri merasa seperti ada sengatan listrik yang menyerang tubuhnya saat Angga
menanyakan hal itu.
“ Kamu ini ngomong apa sih, Ngga??
Tentu saja aku senang kau ada disini bersamaku. Aku senang kau hadir hidupku.
Aku merasa nyaman dengan kehadiranmu di setiap hariku. Ini konyol, aku baru
mengenalmu tapi aku merasa kalau kita sudah cukup lama mengenal satu sama
lain.” Cerocos Riri.
Angga terdiam.
“ Apa kau percaya dengan adanya
reinkarnasi??” tanya Riri.
“ Ke.. kenapa memangnya??”
“ Ahhh tidak, jangan-jangan kita
memang saling sudah saling mengenal di kehidupan sebelumnya. Jadi walaupun saat
ini aku baru saja mengenalmu, tapi aku sudah merasa sangat deakat denganmu.
Mungkinkah itu ??”
Angga kembali
terdiam.
“ Tidak, Ri. Kamu salah. Kita memang
saling mengenal. Kita sangat dekat. Kita bahkan saling menyayangi. Tapi tidak
di kehidupan sebelumnya. Tidak pula disini. Tapi disana, di dunia kita, Ri. Di
dunia dimana semuanya bukanlah rekaan angan semata. Dimana semuanya adalah
kenyataan yang harus kita hadapi dan tak mungkin kita hindari. Dunia kita, Ri
!! Dunia kita !!” batin angga pilu.
***********
Hari ke-7
Angga duduk
melamun di teras rumah Nenek Uti. Entah apa yang dipikirkannya. Yang jelas,
semua lamunan dan pikirannya tertuju pada satu objek yaitu Riri.
“Nak Angga!” sapa Nek Uti lembut
“. . . . . . . . . “
“ Nak Angga??!”
“ I... iya, Nek. Ada apa?”
“ Apa yang kau pikirkan?”
“ Emmm.. anu, itu, tidak ada,Nek.”
“ Nak!!”
“ Iya, Nek?”
“ Apa nak Angga sadar sudah berapa
lama kamu ada disini??”
“ Kenapa, Nek?? Nenek merasa terusik
dengan kehadiranku di rumah neenek?? Ahh. . . aku minta maaf, Nek. Jika nenek
merasa terganggu atas kehadiranku disini, aku akan pergi.” Ujar Angga merasa
tak enak.
“ Tidak. Bukan itu, Nak. Tak
sadarkah kau kalau ini sudah hari ke-7 kau berada disini??”
“ Memangnya kenap, Nek??”
“ Waktu mu tak banyak lagi. Jika
sampai hari ke-13 kau tak bisa membawa Riri pulang, maka kau takkan pernah bisa
membawanya pulang.” Ujar Nek Uti.
“ Ma. . . maksud nenek??”
“ Iya. Jika kau tak berhasil sampai pada hari
ke-13 itu, maka dia tak kan pernah kembali ke dunia kalian.”
DEGGG !!! JEGERRR !!!
Petir itu
menyambar tepat di dadanya(lagi). Tak hanya sekali.tapi berkali-kali. Serangan
yang datang secara bertubi-tubi tanpa jeda. Bagaimana mungkin petir-petir itu
tak menyambar dadanya setelah ia mengetahui bahwa orrang yang sangat
disayanginya akan mati jika ia tak berhasil membawanya kembali ke dunia mereka.
************
Hari ke-9
Seperti
biasanya Angga tetap rajin mengunjungi Riri. Ditambah lagi dengan aksi aneh Teddy
yang tiba-tiba jadi sering menghilang. Angga jadi merasa memiliki banyak
kesempatan untuk mendekati Riri jika Teddy sering menghilang seperti ini.
Tapi
Riri, ia mulai sadar akan perubahan sikap Teddy yang tiba-tiba jadi sering
menghilang. Ia semakin tak mengerti, biasanya Teddy selalu muncul setiap hari.
Bahkan tanpa dipinta oleh riri sekalipun. Teddy selalu muncul dan selalu
berhasil membuat riri tersenyum walaupun ia tak melakukan suatu hal yang konyol
ataupun istimewa. Kehadiran dan perhatian yang diberikan Teddy sudah sangat
berhasil mengembangkan senyuman di bibir mungil Riri. Tawa-tawa riang Riri tak pernah
habis saat ia sedang bersama Teddy. Teddy
selalu menciptakan kebahagiaan Riri. Karena Teddy selalu menjadi alasan bagi kebahagiaan
Riri.
“ Ri, kamu baik-baik saja?” Angga
memecahkan lamunan Riri.
“ Ehh. . . i . . iya aku baik-baik saja.”
“ Apa yang kamu pikirkan?”
“ . . . . . . . .”
“Ri ??!!”
“ Emm kamu ngrasa gak sih kalo
akhir-akhir ini Teddy sering ngilang??”
“ Ternyata benar. Di pikiranmu Cuma ada
Teddy.” Batin Angga
“ Iya kan, Ngga?? Aku heran kenapa dia
tiba-tiba kayak gini. Seingatku kami tak memiliki permasalahan apapun. Kenapa
dia tiba-tiba menghilang?? Apa dia gak sadar kalo aku sangat merindukannya??
Iya ,Ngga. AKU SANGAT MERINDUKANNYA.”
Angga
terdiam. Ia tak tau harus bagaimana
menaggapi perkataan Riri barusan. Dadanya terasa panas. Sesak, sangat
sesak. Orang yang sangat disayanginya merindukan orang lain. Oang lain. Bukan
dirinya, tapi orang lain.
* * * * * * * * * * * *
Hari ke-11
Riri berencana
menemui Teddy hari ini. Ia ingin mengetahui apa alasan yng membuat Teddy tiba-tiba
menghilang. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia ingin tahu apa yang
menyebabkan Teddy seolah-olah menghindarinya.
Teddy duduk di
tepi sungai di dekat rumahnya. Sungai yang jernih dan beraliran kecil.
Beraliran kecil namun dapat menghasilkan suara gemericik yang ditimbulkan oleh
dentaman antara aliran air dan batu-batu kecil yang ada di sekitarnya. Suara
yang begitu menenangkan. Ditambah lagi dengan suara merdu beberapa pohon kenari
yang asik hinggap di ranting pohon Ara
yang terletak tak jauh dari sungai mungil itu. Ahhhh benar-benar alam yang
indah!!!
Teddy duduk
sendirian menikmati indahnya suasan alam yang tersuguh pagi itu. Tentu saja
saja sambil menikmati pikirann-pikirannya sendiri. Rumitan –rumitan yang muncul
dikarenakan dia hanya seorang “Makhluk Angan”.
“Teddy !!”
Teddy menoleh
dan memberikan sebuah senyuman.
“ Kamu kemana aja?? Kenapa
akhir-akhir ini kamu gak pernah nemuin aku?? Kamu gak tau ya kalo aku kangen
banget sama kamu??!! ” Riri merengut.
“ . . . . . . . . .’
“Teddy !”
“ Sepertinya dia sangat
menyayangimu. Menurutku dia juga seorang pria yang baik.” Ujar Teddy.
“ Ma . . . maksud kamu??”
“ Aku bisa liat dari tatapan matanya
ke kamu. Tatapannya beda. Dia benar-benar menyayangimu.”
“ Maksud kamu Angga?? Jadi kamu tiba-tiba
ngilang kayak gini gara-gara Angga?? Jadi semua ini karena Angga??”
“ Aku bisa melihat kebahagiaan yang
nyata. Dan itu semua bisa kamu dapetin dari dia, Ri.”
“ Aku gak peduli !! Kalau Angga
penyebabnya, mulai sekarang aku gak akan temui dia lagi !! Aku syang sama kamu,
Tedd!!”
“
Tapi, Ri. Aku . . . aku cuma . . .”
“ AKU GAK PERDULI !!!”
Riri pergi
meninggalkan Teddy dengan perasaan tak karuan. Ia tak mau mendengar kelanjutan
ucapan Teddy.
“ Aku cuma khayalanmu, Ri. Aku gak
nyata.” Desah Teddy
*
* * * * * * * * * * * *
Hari ke-12
Angga berkunjung
ke rumah Riri. Ia merasa khawatir karena kemarin ia tak dapat menemui Riri sama
sekali.
“ Pagi,Ri !” sapa Angga saat pintu
telah dibukakan oleh Riri.
“ Ada apa?? Ngapain kesini??”
Angga kaget.
Kenapa Riri mendadak bersikap dingin seperti ini?? Apa yang terjadi?? Angga
hanya bisa membatin.
“ Kamu baik-baik saja?? Apa kamu
sakit??”
“ Apa peduli mu??” jawab Riri ketus.
“ Ka. . . kamu kenapa, Ri?? Apa aku
sudah melakukan sebuah klesalahan??”
“IYA !! Kamu benar-benar sudah
melakukan kesalahan besar. SANGAT BESAR!! Kamu tau apa kesalahanmu?!” bentak Riri.
“ A. . apa, Ri??”
“ Kesalahan terbesarmu adalah kamu
udah muncul di hidup aku !! Kamu tau kenapa Teddy tiba-tiba menghilang??
Alasannya itu kamu !! Karena kamu muncul disini !!” Riri tak bisa mengontrol
emosinya.
Rangga terdiam.
Kakinya mulai lemas. Hatinya hancur.
“ Mulai sekarang mending kamu gak
usah muncul lagi !! Enyah dari hidupku !! Awalnya kita tak saling mengenal, tak
saling bertemu. Dan aku harap kita bisa kembali seperti itu !! Tak saling kenal
dan tak saling bertemu !!”.Riri membanting pintu rumahnya. Entahlah, Riri
merasa sangat sakit harus mengatakan itu semua pada Angga. Karena tak bisa
dipungkiri, Angga telah mendapatkan tempat khusus di hati Riri. Riri pun hanya
bisa menangis setelah mengatakan semua itu pada Angga. Ia sedih. Sangat sedih.
Tapi mau bagaimana lagi ?? Riri tak mau kehilangan Teddy. Ia tak pernah mau.
Begitu pula dengan Angga. Sebenarnya Riri juga tak mau kehilangan Angga. Tapi,
Teddy telah lebih dulu berada dihatinya. Bukan, tapi di dunianya. Ia sendiri
yang membawanya. Riri sendiri yang membuat Teddy ada di dunianya tanpa ia
sadari.
Angga pulang ke
rumah Nenek Uti dengan lemas. Ia duduk di teras dengan pandangan kosong.
Mamang. Pikirannya melayang. Ia putus asa. Ia tak bisa membawa Riri pulang. Dan
ia tak kan pernah bisa. Apa yang harus dikatakannya pada orangtua Riri nanti??
Ia gagal?? Ia tak bisa menyelamatkan Riri?? Riri akan mati?? Entahlah,
pikirannya begitu kalut. Ia tak bisa membayangkan bahwa ia akan mendapati Riri
telah mati saat ia terbangun nanti. Sanggupkah Angga??
“ Nak Angga kau baik-baik saja?”
suara Nek Uti membuyarkan lamunan Angga. Angga bangkit dan langsung memeluk
Nenek Uti.
“ Aku gagal, Nek. Aku tak bisa
membawa Riri pulang. Aku tak bisa menyelamatkannya. Aku tak kan pernah bisa.”
Nenek Uti
terdiam. Beliau membimbing Angga untuk duduk. Lalu Angga menceritakan semua
yang telah terjadi pada hari itu pada Nenek Uti.
“ Nak Angga, apa kau percaya pada keajaiban??”
“ . . . . . . . . . .”
“ Saat ini yang bisa kau lakukan
hanyalah berdo’a dan menunggu keajaiban itu datang.” Ujar Nek Uti
“ Jika kau meyakininya, maka
kemungkinan keajaiban itu datang akan lebih besar.” Tambah Nek Uti
“ Semoga saja yang nenek katakan itu
benar.” Batin Angga
* * *
* * * * *
Hari ke-13
(final)
Dengan wajah
lesu dan putus asa Angga berpamitan pada Nek Uti.
“ Nek, terimakasih nenek sudah
mengizinkan ku tinggal disini, membantuku, dan mendengar keluh kesah ku. Walau
pun dunia ini semu, tapi aku merasa kalau nenek benar-benar nyata. Terimakasih,
Nek.” Ujar Angga.
“ Iya, sama-sama. Apa kau masih
mempercayai adanya keajaiban?”
Angga terdiam.
Disaat seperti ini ia merasa bahwa tak ada gunanya lagi percaya ;pada
keajaiban. Namun di dalam hati kecilnya, ia sangat mengharapkan keajaiban kitu
akan bebar-benar datang kepadanya.
“ Aku pergi, Nek. Selamat tinggal.”
Angga
melangkahkan kakinya dari rumah Nek Uti. Ia berjalan menuju bukit. Bukit dimana
ia dan Riri bertemu untuk pertama kalinya disini. Di ‘Dunia Riri’. Disanalah
pintu itu akan terbuka. Pintu pembatas antara dunia nyata dan ‘Dunia Riri’.
Pintu yang akan membawanya kembali ke kehidupan nyata.
Angga sudah tiba
di bukit. Tapi pintu itu belum menampakkan dirinya. Dengan hatinya yang masih
tak karu-karuan karena tak berhasil membawa Riri pulang, ia duduk di bawah
pohon beringin. Pohon sang lambang kedamaian. Angga duduk disana menunggu pintu
itu terbuka.
** ** ** ** **
“Teddy !!” Riri menghampiri Teddy.
“ Kau tak bersama Angga?”
“Tidak !! Aku tak ingin bertemu
dengannya lagi !!”
“ Kenapa kamu lakukan itu??”
“Dan kenapa kamu tanyakan itu??”
Riri tak mau kalah.
“ Riri, kamu akan bahagia
bersamanya.” Ujar Teddy
“ Tidak !! Aku sudah cukup bahagia
bersamamu. Aku tak butuh kebahagiaan yang lain !!”
“Tidak, Ri. Aku tak akan pernah bisa
membuatmu bahagia.”
“ Ke. . kenapa, Tedd??”
“ Karena aku tak nyata, Ri !! Aku
tak ada !! Aku hanya khayalan. Khyayalan yang kau ciptakan sendiri.”
Riri terdiam. Ia
bingung. Ia tak mengerti. Benarkah semua itu?? Benarkah Teddy hanya khayalan??
Apa itu berarti dunia yang ia tempati hanyalah dunia semu?? Entahlah. Butiran
bening itu menetes dari kelopak mata Riri. Mewakili rasa tak mengerti, sedih,
amarah, dan rasa-rasa hati lain yang bercampur menjadi satu di bilik dalam
dadanya.
“Karena aku tak nyata. Maka
kebahagiaan yang ku berikan padamu pun tak akan nyata, Ri. Angga lah yang bisa
memberikan mu kebahagiaan yang nyata. Dan jangan kau pungkiri bahwa kau juga
sangat menyayanginya, Ri. Pergilah bersamanya !”
Tanpa
mengeluarkan suara apapun Riri langsung
bangkit dan berlari. Entah mengapa ia mendengar sebuah suara yang mengatakan
bahwa ia harus menemukan Angga. Darimana suara itu berasal? Dari dalam hatinya.
Ia berlari sekencang mungkin menuju rumah Nenek Uti.
“Nek, Angga ada?” tanya Riri tak
sabar.
“Bukit.” Nek Uti menjawab sembari
tersenyum.
Tanpa ba bi bu
Riri langsung berlari menuju bukit. Tapi naas, sesampainya disana ia tak
menemukan sosok Angga. Riri terduduk lemas di antara bunga krisan putih yang
ada disekitar bukit itu. Matanya semakin nanar, air matanya berjatuhan tanpa
meminta izin. Sedih, sakit. Eperti ada bagian yang hilang dari hati Riri. Riri
berdiri dan berbalik arah bersiap pergi. Satu langkah, dua langkah, tiga
langkah. Tiba-tiba mia mendengar suara. Suara nyanyian sebuah lagu yang sangat
di kenalnya.
“Sarang
sarang sarang deullyeooneun bissori. Dugeun dugeun dugeun tteollyeooneun nae
gaseum. Sarang sarang sarang dugeun dugeun, usansori bissori nae gaseum sori.
Sarangbi~ga naeryeo onaeyo. I love rain i love you.”
Riri
menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan mencoba mencari asal suar itu. Ia tau
suara itu berasal dari bilik pohon beringin. Beringin sang pelambang kedamaian.
Ia berlari ke arah pohon beringin tersebut.
“ Angga !!”
“ Riri !!” Angga bangkit dari temapt
ia duduk. Riri langsung berhambur memeluk Angga dengan erat.
“ Aku menyayangimu Angga!!”
“ Aku juga, Ri. Aku lebih sangat
menyayangimu.” Angga membalas pelukan Riri.
“Nek Uti, keajaiban itu benar-benar
datang.” Batin Angga sambil tersenyum.
“ Kamu mau kemana?? Apa kamu
mau meninggalkanku karena ucapanku kemarin??”
“ Tentu tidak, Ri. Aku sangat
menyayangimu. Aku tak mungkin meninggalkanmu disini.”
“ Bagus. Tapi apa maksudmu??”
“ Ri, bukankah aku sudah bilang
kalau aku sangat menyayangimu??”
“ Iyya.” Riri mengangguk.
“ jadi, mau kah kau ikut
bersamaku??’
“ Kemana?” tanya Riri heran.
“ . . . . . . . .” Angga hanya diam
menunggu jawaban Riri sambil menatap mata Riri dalam.
“Tentu aku mau. Kemanapun kamu
pergi, aku akan ikut denganmu.” Jawab Riri sambil membalas tatapan mata Angga.
Angga tersenyum
bahagia. Lebih bahagia dari siapapun juga.
Pintu itu pun
terbuka. Pintu pembatas itu sudah terbuka. Angga menggenggam erat jemari Riri
dan membimbing Riri melewati pintu itu. Pintu yang akan mengantarkan mereka
kembali ke dunia nyata dan meninggalkan “Dunia Riri”. Dunia khayalan Riri.
** ** ** ** ** **
Angga terbangun.
Orang-orang yang ada di kamar Riri memandangnya dengan pandangan penuh harap.
Tak lama kemudian Riri pun bangun. Ia bangun dari tidur panjangnya. Semua orang
di ruangan itu tersenyum penuh kebahagiaan saat Riri bangun.
“ Kenapa kalian semua ada di kamarku??”
tanya Riri bingung.
Semua hanya diam
dan tersenyum penuh rasa haru dan bahagia.
“ Kamu juga, Ngga. Kenapa kamu bisa
ada disini??”
Angga tak
menjawab pertanyaan Riri dan langsung memeluknya. Riri semakin heran dengan
sikap aneh orang-orang disekitarnya.
“ Oiya, tadi aku mimpiin kamu, Ngga.
Aneh banget sekarang kamu ada disini tepat disaat aku mimpiin kamu.”
“ Oya?? Mimpi kayak gimana
emangnya??” tanya Angga pura-pura tak mengerti.
Lalu Riri
menceritakan tentang hal yang dianggapnya sebagai mimpi kepada semua orang yang
ada di kamarnya.
“ Ohhh itu berarti kamu lagi kangen
pake banget sama aku.” celetuk Angga iseng.
“ Dihhh kamu Ge-eR pake banget
dehh.” Riri menjulurkan lidahnya mengejek Angga.
Semua orang yang
berada di kamar Riri pun tertawa. Tawa penuh kegembiraan atas kembalinya Riri.
Begitu pula dengan Angga. Ia sangat bahagia karena berhasil membawa gadis yang
sangat disayanginya kembali untuk bersamanya. Disini, di dunia nyata. Bukan
fantasi. Bukan dunia khayalan~
Novi Risqa @pacet
Tidak ada komentar :
Posting Komentar