Author : Novi Risqa Amelia ( @Rizuka_SNF )
“Riri bangun !!”
tangis Ayu disamping tempat tidur sahabatnya yang tergolek lemah.
Aneh
memang,berkali-kali dokter memeriksa kondisi tubuh Riri dan dokter selalu
menyatakan bahwa tak ada kesalahan apapun pada fisik Riri. Tak ada penyakit
apapun. Namun, pada kenyataannya sudah 7 hari Riri sama sekali tak terbangun
dari tidurnya. Seperti orang mati.
Orangtua Riri
pun bingung kenapa hal semacam ini bisa terjadi. Karena seingat mereka Riri tak
pernah mengidap penyakit berbahaya apapun. Dan beberapa hari sebelum Riri
memulai tidur panjangnya pun ia tak menunjukkan gejala sakit apapun. Hanya
saja, sebelum ia memulai tidur panjangnya, Riri tampak begitu pilu. Yang
dilakukannya hanya diam dan tiba-tiba menangis. Seperti seseorang yang kehilangan sesuatu yang sangat
berharga dalam hidupnya. Dia melakukan aktivitasnya dengan normal seperti
biasa. Namun pandangannya selalu kosong. Dan di sela-sela pandangan kosong
itu selalu diiringi dengan tangis.
Dengan air mata yang tiba-tiba melepaskan diri begitu saja.
Di hari ke-7
ini, mata Riri tertutup nampak begitu tenang. Begitu sejuk. Seolah-olah dia
menemukan sebuah kedamaian. Sesekali bibir mungilnya terlihat menyiratkan
sebuah senyuman walaupun tak satu suara pun keluar. Hal ini menyebabkan Ayu dan
kedua orangtua Riri semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi.
Hari mulai
beranjak sore, Ayu berpamitan pada kedua orangtua Riri untuk segera pulang
karena orangtuanya pasti khawatir jika ia pulang terlambat.
“Om,Tante,
Ayu pamit pulang dulu. Besok Ayu pasti kesini lagi” pamit Ayu.
“Oh
iya, terimakasih nak Ayu sudah mau menemani Riri.” Balas ibu Riri.
Sebelum
benar-benar pulang, Ayu mengecup kening Riri dan membisikkan sesuatu pada
sahabatnya yang tertidur pulas itu.
“Jika kau tak
bisa menceritakan apa yang terjadi padamu disini, aku harap kau mau datang ke
mimpiku dan katakan apa
yang terjadi padamu, sahabat~.” Bisik Ayu.
Benar saja,
seolah mendengar bisikan Ayu, Riri benar-benar muncul di dalam mimpi Ayu pada
malam harinya. Namun di dalam mimpi pun Riri hanya diam dan tersenyum tanpa
mengatakan apapun.
“Riri !!”
panggil Ayu.
Riri hanya
menoleh dan tersenyum pada Ayu sambil tetap terduduk dibawah pohon tempatnya
berteduh. Ayu pun mendekati Riri.
“Dimana ini,Ri??
Tempat apa ini?? Tempat ini begitu indah.”
Namun tetap saja
Riri hanya diam dan tersenyum. Lalu Ayu pun ikut duduk di samping Riri dan ikut
terbenam memandangi pemandangan yang begitu indah di tempt itu. Tempat itu
memang begitu indah. Sebuah bukit hijau dihiasi dengan beberapa kelompok bunga
penuh warna di beberapa titik, langit senja yang begitu cerah dengan efek shocking pink sky, suara ombak berdeburan,
lautan yang biru, dan tak tertinggal pula sebuah pohon beringin besar yang
rindang. Pohon yang melambangkan sebuah kedamaian. Ya, tempat itu mereka
terduduk sekarang.
“Ri, kenapa kau
disini??Apa tempat ini menyenangkan??Kau suka disini?? ”
Tetap saja Riri
memberikan jawaban hanya dengan sebuah senyuman yang penuh dengan teka-teki.
Sudah cukup lama mereka berdua terduduk menikmati pemandangan disana.
“Ri,kita sudah
lama disini. Ayo kita pulang!!” ajak Ayu.
Namun Riri
menolak. Ia tersenyum dan menggelengkan kepala. Tiba-tiba Riri berdiri dan
meninggalkan Ayu. Ia berjalan menuju sekumpulan bunga krisan putih lalu
kemudian menghilang begitu saya.
“Ri !! Riri !!
Jangan pergi !!” teriak Ayu.
Tiba-tiba ayu
terbangun dan menyadari bahwa semua itu hanya mimpi.
Keesokan harinya
Ayu datang ke rumah Riri saat sepulang sekolah. Ayu menceritakan
mengenaimimpinya kepada kedua orangtua Riri. Dan entah kenapa Ibu Riri memiliki
suatu firasat tentang mimpi Ayu. Seketika itu juga orang tua Riri memanggil
‘seorang pintar’ . Kyai,paranormal,cenayang,atau apapun itu namanya. Seorang
tersebut bernama Pak Subur *JENG JENG JENG O.O *. Sesaat kemudian Pak Subur
datang, lalu Ibu Riri menceritakan tentang mimpi Ayu pada Pak Subur. Pak subur
diam dan manggut-manggut. Pak Subur beranjak menuju ke tempat dimana Riri
terbaring. Dengan mulut berkomat-kamit dan entah mantra apa yang dibacanya, Pak
subur mengarahkan kedua tangannya beberapa centimeter diatas kepala dan dada
Riri. Setelah beberapa saat, Pak Subur membuka matanya lalu mengtakan bahwa
Riri tak ingin pulang. Dia bahagia disana, dia tak merasakan rasa sakit hati
disana, ia mendapatkan cinta yang indah disana.
“Nak Ayu, apa
benar anda mengajak Riri pulang tapi ia menolak ??”
“i..iya pak.”
Jawab Ayu.
“Kenapa, pak?”
tanya orangtua Riri bersamaan.
“Nak Ayu dan Nak
Riri adalah sahabat. Tentu mereka saling menyayangi. Seharusnya Nak Ayu bisa
membawa Nak Riri pulang.” Jelas Pak Subur.
DEGG!! Ayu
terdiam. Ia merasa lemas.
“Atau
mungkin...” lanjut Pak Subur.
“Mungkin apa,
Pak??” sela Ayu.
“Mungkin ada
seseorang yang lebih disayangi oleh Nak Riri melebihi Nak Ayu atau apapun dan
siapapun.”
“Angga !! Pasti
Angga !!” batin Ayu.
Keesokan harinya
Ayu pergi menemui Angga. Ayu sangat yakin bahwa orang yang sangat disayangi
Riri adalah Angga. Orang yang sangat disayangi oleh Riri melebihi apapun dan
siapapun adalah Angga. Dan lagi, jika ditelik lebih dalam, Riri mulai menjadi
linglung setelah ia dan Angga mengakhiri hubungan mereka. Ayu menunggu Angga di
kafe ‘Lotus’.
“Yu !!” panggil
Angga dari kejauhan.
“Hey, silahkan
duduk.”
“Ada apa??
Tumben ngajak ketemu??”
Lalu Ayu
menceritakan pada Angga tentang semua yang terjadi pada Riri. Tentang
tertidurnya Riri,tentang mimpi Ayu, dan juga tentang yang dikatakan Pak Subur.
Angga terdiam. Seperti ada beribu petir menyambar tepat ke arah dadanya. Begitu
sakit. Begitu pilu. Orang yang disayanginya mengalami hal seperti ini. Tentu
saja Angga sangat menyayangi Riri. Sangat menyayanginya melebihi rasa sayangnya
terhadap dirinya sendiri. Dan alasan kenapa mereka berpisah pun sangat rumit.
Mereka berpisah walaupun mereka tak ingin. Karena mungkin memang harus seperti
itu alurnya.
Angga dan Ayu
bergegas menuju ke rumah Riri. Tak disangka ternyata Pak Subur juga berada
disana. Angga langsung menuju kamar Riri. Didekatinya sosok yang sangat
disayanginya itu dengan perlahan. Dibelainya rambut Riri dengan lembut. Dan
butiran bening itu jatuh begitu saja dari pelupuk mata Angga. Angga mengalihkan
pandangannya pada Pak Subur.
“Pak, tak adakah
yang bisa kita lakukan agar Riri terbangun??” tanya Angga.
“Kita tidak
bisa, tapi sepertinya Nak Angga bisa.”
“Saya??” angga
kaget.
“iya, sepertinya
Nak Angga lah orang yang sangat disayangi oleh Nak Riri.” Ujar Pak Subur.
“Bagaimana
caranya,Pak??”
“Nak Angga harus
berada di tempat yang sama dengan Nak Riri.”
“Jadi??”
“Jadi saya akan
mengantar Nak Angga kesana. Namun itu jika Nak Angga berkenan.”
“Lakukan, Pak!!
Tapi apa itu akan lama??”
“Tergantung.
Tergantung sekuat apa Nak Angga bertekat dan bertahan untuk berusaha membawa
Nak Riri pulang.”
“Baiklah,Pak.
Tolong antar saya kesana.”
Sebelum ritual
dimulai, Angga terlebih dulu menghubungi orangtuanya dan mengatakan bahwa ia
akan pergi ke luar kota untuk beberapa waktu untuk sebuah urusan. Hal itu
dilakukan agar orangtuanya tidak khawatir.
Ritual pun
dimulai. Pak Subur meminta Angga berbaring tepat disamping Riri yang tertidur
panjang. Angga menarik nafas panjang dan menutup mata. Dalam hatinya ia berjanji bahwa ia akan membawa Riri pulang
walau bagaimanapun itu caranya. Pak Subur pun mulai membaca mantranya.
**
** ** ** **
Angga berada di
tempat yang sama sekali tak dikenalnya. Asing, benar-benar asing. Namun, tempat
itu sangat indah. Tak pernah ia mengunjungi tempat seindah itu sebelumnya.
Ia mendengar
suara nyanyian. Suara seorang gadis.
Suara itu menyenandungkan sebuah lagu yang sangat dikenalnya.
“Sarang
sarang sarang deullyeooneun bissori. Dugeun dugeun dugeun tteollyeooneun nae
gaseum. Sarang sarang sarang dugeun dugeun, usansori bissori nae gaseum sori.
Sarangbi~ga naeryeo onaeyo. I love rain i love you.” Syair itulah yang
disenandungkan oleh suara tersebut.
Angga mulai
melangkah mendekati asal suara itu dengan perlahan. Namun, tanpa menoleh pada
Angga, sosok si empunya suara itu berjalan berlalu meninggalkan tempat dimana
semula dimana ia bersenandung. Ya, sosok itu adalah sosok Riri. Sosok yang
dicari oleh Angga. Riri tampak sangat cantik terbalut dalam mini dress se-lutut berwarna biru muda
dilengkapi dengan hig heels berwarna
senada dan rambutnya yang tergerai bebas. Riri nampak sangat anggun namun tak
meninggalkan karakter asli dirinya yang chic,ceria,
dan lincah. Riri menoleh pada Angga dengan pandangan penuh tanya.
“Siapa orang ini
??” batin Riri.
Ya, Riri tak
mengenal siapa Angga. Karena ini adalh dunia Riri. Dunia yang ia ciptakan
sendiri. Dunia dimana ia bisa melakukan apapun dan semua ia kendalikan
sendirinya. Karena ia lah penciptanya. Ya, ini dunianya. Dunia fantasinya.
Dunia khayalannya.
Tentu saja ia
tak mengenal Angga. Karena dari awal ia menciptakan dunia ini adalah dengan
tujuaan untuk meninggalkan orang-orang di masa lalunya dan menemui orang-orang
baru yang belum pernah ditemuinya sebelumnya. Dan Angga bukanlah termasuk tokoh yang ada di dunia Riri. Seperti halnya Ayu. Oleh
karena itu Riri tak mengenal mereka.
** *** ** ** **
Riri
berjalan menuju sebuah rumah kayu sederhana. Rumah itu begitu mungil dan asri.
Riri berjalan dengan santainya. Dan tentu saja Angga membuntutinya. Di teras
rumah itu Tedy sudah menunggu Riri. Tedy, ia adalah sosok yang sangat disayangi
oleh Riri. Pastinya di dunia Riri. Dan di dunia Riri, Tedy tak pernah sekalipun
menyakiti Riri. Riri datang, Tedy pun memeluknya dengan hangat. Angga tersentak
kaget.
“
Siapa pria itu ?” batin Angga.
Riri
dan Tedy berlalu masuk ke dalam rumah. Pikiran Angga
kalut. Ada banyak tanya yang tiba-tiba muncul di kepalanya. Siapa pria itu ??
Ada apa dengan mereka ?? Kenapa mereka disini ?? Dan banyak tanya tanya lainnya
yang berkecamuk di pikirannya.
Ada sebuah rumah
di sebelah rumah tempat Riri dan Teddy masuk tadi. Angga beranjak dari
tempatnya terpaku dan berjalan menuju rumah itu. Angga mendekati pintu,
“Permisi !! Ada orang?!!”
Namun tak ada
jawaban. Angga melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan ragu. Benar
saja, tak ada seorang pun di dalam rumah itu. Perabotan di rumah itu lengkap.
Hanya saja, semuanya adalah perabotan tua. Meja, kursi, tv, dan benda-benda
lainnya begitu klasik. Begitu kuno. Ada dua buah tempat tidur kecil disana yang
berjajar tak berjauhan. Angga mendekati salah satu tempat tidur itu dan
membaringkan tubuhnya. Hingga akhirnya dia terlelap.
********
Angga mencium
aroma masakan yang begitu sedap dan membuatnya terbangun dari tidurnya. Ia
bangkit dan berjalan mengikuti aroma masakan itu berasal. Seorang nenek ada disana.
Beliau tampak sibuk dengan pisau dan beberapa sayuran yang sedang
dipotong-potongnya. Beliau menyadari kehadiran Angga dan menoleh,
“ Kau sudah bangun?? Apa kau sudah
lapar?? “
Angga hanya
terdiam.
“ Duduklah. Kau makanlah dulu.”
Nenek itu mempersilahkan Angga duduk dan membawakannya beberapa makanan yang
sudah ia masak. Nenek tua itu duduk di depan Angga.
“ Aku tau kau akan datang.” Ucap
nenek tua itu.
Angga kaget dan
memandang nenek tua itu dengan penuh tanya.
“ Sudahlah, kita makan dulu. Kau
pasti lapar. Nanti saja kita bicara.”
Setelah makan,
nenek tua itu menceritakan tentang semua yang ada disini. Semua hal yang ada di
dunia Riri.
“ Lalu, pria itu siapa , nek??”
“ Dia Teddy. Disini,tedy adalah kekasih
Riri. Kekasih yang tak pernah sekalipun melukai hati Riri. Seperti yang selalu
diharapkan Riri. Dan akhirnya, terciptalah sosok Teddy disini. Di dunia milik
Riri.”
“ Tapi nek, bukankah dunia ini
semu?? Semua yang ada disini, Teddy, dan maaf mungkin nenek juga semu. Tidak nyata.”
“ Tentu saja aku mengerti. Dan
bukankah kau datang kesini juga karena ingin membangunkan Riri dari dunianya??”
“ Iya, nenek benar.“
“ Tentu saja kau harus. Karena dunia
ini semu. Dan tempat riri bukanlah disini. Ini tak akan baik untuknya. Karena
dunia ini hanya angan.’
“ Tunggu, bagaimana nenek bisa tahu
tentang semua ini?? Dan juga bagaiman nenek bisa tau tentang aku??”
“ Karena Tuhan mengijinkan ku untuk
tahu.” Jawab nenek tua itu dengan tersenyum.
“ Lalu apa yang harus saya lakukan,
nek ??”
“ Hanya nak Angga yang tau nak Angga
harus berbuat apa. Riri tak akan mengenalmu disini. Karena pada dasarnya kau
tak pernah ada di dunia yang ia ciptakan ini.”
Angga semakin
tak mengerti harus berbuat apa. Ia hanya diam.
“ Mungkin cinta
nak Angga yang bisa membawanya pulang.” Ujar sang nenek sambil berlalu.
********
Disaat Angga
disibukkan oleh teka-teki yang dihadapinya, Riri datang.
“ Permisi !! Nenek Uti ada??”
Angga terkejut
dan bangkit dari tempat ia duduk,
“ Nenek Uti siapa, Ri??”
Riri memandan
Angga dengan tatapan bingung. Angga pun tersadar, tentu saja nenek Uti adalah
nenek pemilik rumah rumah yang ia tumpangi saat ini.
“ Ahhh dasar bodoh !” Angga merutuki
dirinya sendiri.
“ ahh, iya nenek Uti ada. Silahkan
masauk. Ri !!”
“ Kamu mengenalku??” tanya Riri.
Angga gelagapan.
Bagaiman ia bisa lupa kalau Riri tak mungkin mengenalinya disini.
“ I... iya tentu saja. Nenek
menceritakan tentang tetangga-tetangga disini.” Jawab Angga sekenanya.
Nenek Uti
muncul, Angga bernapas lega merasa tyerselamatkan dengan kemunculan nenek Uti.
Jadi ia tak harus meladeni pertanyaan-pertanyaan Riri yang sudah pasti akan
membuatnya semakin bingung harus
menjawab apa. Nenek uti mempersilahkan Riri duduk dan memperkenalkan Angga
sebagai cucunya yang datang dari tempat yang jauh. Ya, tentu saja. Angga memang
datang dari tempat yang jauh.
Sangat-sangat jauh. Bahkan dari dimensi yang berbeda hanya dengan tujuan untuk
bisa membawa Riri pulang. Membawa seseorang yang sangat disayanginya pulang dan
kembali bersamanya.”
*********
Ini sudah hari
ke-3 Angga berada di Dunia Riri. Namun ia masih bingung tentang apa yang harus
dilakukannya untuk bisa membawa Riri pulang. Hari ini Angga berencana
berkunjung ke rumah Riri. Ya, rumah Riri di dalam Dunia Riri.
“ Permisi !!” Angga mengetuk pintu
rumah Riri. Riri membuka pintu dan tersenyum. Ia mempersilahkan Angga masuk.
Angga terkejut saat melihat Teddy ada di dalam sana. Sebagai seorang pria,
tentu saja ia merasa cemburu melihat orang yang sangat disayanginya bersama
orang lain. Bersama pria lain.
Angga duduk
mematung. Ia bingung harus mengatakan apa. Disamping itu, ia juga sedang
terbakar api cemburu melihat
dua sosok yang ada di depannya saat ini. Seperti ada ledakan api di dalam
dadanya. Begitu panas, begitu membakar. Sesaat kemudian Teddy berpamitan dengan
alasan ada urusan yang harus ia selesaikan. Aneh, dari ekspresi wajah Teddy ia
tak menunjukkan adanya ekspresi marah atau terganggu atas kedatangan Angga yang
jelas-jelas mengganggu waktu bersamanya dengan Riri. Malah Teddy terkesan seolah
memberikan kesampatan pada Angga untuk mendekati Riri.
Sepeninggal Teddy,
mulailah obrolan-obrolan ringan muncul diantara Angga dan Riri. Yahh satu poin
plus untuk Angga. Hari mulai sore. Angga pun berpamitan pulang.