22/09/13

BOSAN

yes,postingan ini di ketik waktu saya lagi bosan.dan ini penampakan mukanya 



(doc.Pribadi)


dan apa yang biasanya gue lakuin kalo lagi Bosan ?

15/09/13

ERICA : DAUR ULANG DENGAN SENI #KaryaTemen

Akhir-akhir ini gue lagi sering merhatiin kelakuan temen-temen sekelas.itu karena gue yang kepo dan gue gak mau ngelewatin masa-masa akhir sekolah ini dengan sia-sia.secara gue sekarang kelas 3 sma.kurang beberapa bulan lagi bakalan lulus dan pisah sama 17 ekor penghuni kelas XII UPW yang aneh bin ajaib.

seminggu yang lalu gue lagi iseng deketin salah satu cewek yang cukup menarik di kelas namanya ERICA.dia canti,casual dan moto hidupnya "BEBAS" dalam artian bebas ngejalanin hidup,dan bebas dalam berkarya.
saking bebasnya,kalo pulang sekolah dia bisa tidur nyenyak dari jam 12 sampe maghrib.yang buat gue tertarik sama dia ini karena dia punya passion di seni,terutama seni rupa.dia punya cita-cita buat kuliah di jogja.dia juga pengen jadi tatto artist dan ilustrator juga.berikut ini beberapa karya Erica...






anyway ini yang jadi korban malparaktek tangan sama kaki dia sendiri :D

kemaren dia juga bikin karya inovativ,yaitu daur ulang halaman depan bukunya yang udah robek jadi sesuatu yang memiliki nilai seni.dia emang jago banget gambar 

14/09/13

CINTA DIMENSI SEMU #KaryaTemen

Author : Novi Risqa Amelia ( @Rizuka_SNF )

“Riri bangun !!” tangis Ayu disamping tempat tidur sahabatnya yang tergolek lemah.

Aneh memang,berkali-kali dokter memeriksa kondisi tubuh Riri dan dokter selalu menyatakan bahwa tak ada kesalahan apapun pada fisik Riri. Tak ada penyakit apapun. Namun, pada kenyataannya sudah 7 hari Riri sama sekali tak terbangun dari tidurnya. Seperti orang mati.

Orangtua Riri pun bingung kenapa hal semacam ini bisa terjadi. Karena seingat mereka Riri tak pernah mengidap penyakit berbahaya apapun. Dan beberapa hari sebelum Riri memulai tidur panjangnya pun ia tak menunjukkan gejala sakit apapun. Hanya saja, sebelum ia memulai tidur panjangnya, Riri tampak begitu pilu. Yang dilakukannya hanya diam dan tiba-tiba menangis. Seperti  seseorang yang kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Dia melakukan aktivitasnya dengan normal seperti biasa. Namun pandangannya selalu kosong. Dan di sela-sela pandangan kosong itu  selalu diiringi dengan tangis. Dengan air mata yang tiba-tiba melepaskan diri begitu saja.

Di hari ke-7 ini, mata Riri tertutup nampak begitu tenang. Begitu sejuk. Seolah-olah dia menemukan sebuah kedamaian. Sesekali bibir mungilnya terlihat menyiratkan sebuah senyuman walaupun tak satu suara pun keluar. Hal ini menyebabkan Ayu dan kedua orangtua Riri semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi.

Hari mulai beranjak sore, Ayu berpamitan pada kedua orangtua Riri untuk segera pulang karena orangtuanya pasti khawatir jika ia pulang terlambat.
“Om,Tante, Ayu pamit pulang dulu. Besok Ayu pasti kesini lagi” pamit Ayu.
“Oh iya, terimakasih nak Ayu sudah mau menemani Riri.” Balas ibu Riri.
Sebelum benar-benar pulang, Ayu mengecup kening Riri dan membisikkan sesuatu pada sahabatnya yang tertidur pulas itu.
“Jika kau tak bisa menceritakan apa yang terjadi padamu disini, aku harap kau mau datang ke mimpiku dan katakan apa yang terjadi padamu, sahabat~.” Bisik Ayu.
Benar saja, seolah mendengar bisikan Ayu, Riri benar-benar muncul di dalam mimpi Ayu pada malam harinya. Namun di dalam mimpi pun Riri hanya diam dan tersenyum tanpa mengatakan apapun.
“Riri !!” panggil Ayu.
Riri hanya menoleh dan tersenyum pada Ayu sambil tetap terduduk dibawah pohon tempatnya berteduh. Ayu  pun mendekati Riri.
“Dimana ini,Ri?? Tempat apa ini?? Tempat ini begitu indah.”
Namun tetap saja Riri hanya diam dan tersenyum. Lalu Ayu pun ikut duduk di samping Riri dan ikut terbenam memandangi pemandangan yang begitu indah di tempt itu. Tempat itu memang begitu indah. Sebuah bukit hijau dihiasi dengan beberapa kelompok bunga penuh warna di beberapa titik, langit senja yang begitu cerah dengan efek  shocking pink sky, suara ombak berdeburan, lautan yang biru, dan tak tertinggal pula sebuah pohon beringin besar yang rindang. Pohon yang melambangkan sebuah kedamaian. Ya, tempat itu mereka terduduk sekarang.
“Ri, kenapa kau disini??Apa tempat ini menyenangkan??Kau suka disini?? ”
Tetap saja Riri memberikan jawaban hanya dengan sebuah senyuman yang penuh dengan teka-teki. Sudah cukup lama mereka berdua terduduk menikmati pemandangan disana.
“Ri,kita sudah lama disini. Ayo kita pulang!!” ajak Ayu.
Namun Riri menolak. Ia tersenyum dan menggelengkan kepala. Tiba-tiba Riri berdiri dan meninggalkan Ayu. Ia berjalan menuju sekumpulan bunga krisan putih lalu kemudian menghilang begitu saya.
“Ri !! Riri !! Jangan pergi !!” teriak Ayu.
Tiba-tiba ayu terbangun dan menyadari bahwa semua itu hanya mimpi.

Keesokan harinya Ayu datang ke rumah Riri saat sepulang sekolah. Ayu menceritakan mengenaimimpinya kepada kedua orangtua Riri. Dan entah kenapa Ibu Riri memiliki suatu firasat tentang mimpi Ayu. Seketika itu juga orang tua Riri memanggil ‘seorang pintar’ . Kyai,paranormal,cenayang,atau apapun itu namanya. Seorang tersebut bernama Pak Subur *JENG JENG JENG O.O *. Sesaat kemudian Pak Subur datang, lalu Ibu Riri menceritakan tentang mimpi Ayu pada Pak Subur. Pak subur diam dan manggut-manggut. Pak Subur beranjak menuju ke tempat dimana Riri terbaring. Dengan mulut berkomat-kamit dan entah mantra apa yang dibacanya, Pak subur mengarahkan kedua tangannya beberapa centimeter diatas kepala dan dada Riri. Setelah beberapa saat, Pak Subur membuka matanya lalu mengtakan bahwa Riri tak ingin pulang. Dia bahagia disana, dia tak merasakan rasa sakit hati disana, ia mendapatkan cinta yang indah disana.
“Nak Ayu, apa benar anda mengajak Riri pulang tapi ia menolak ??”
“i..iya pak.” Jawab Ayu.

“Kenapa, pak?” tanya orangtua Riri bersamaan.
“Nak Ayu dan Nak Riri adalah sahabat. Tentu mereka saling menyayangi. Seharusnya Nak Ayu bisa membawa Nak Riri pulang.” Jelas Pak Subur.
 DEGG!! Ayu terdiam. Ia merasa lemas.
“Atau mungkin...” lanjut Pak Subur.
“Mungkin apa, Pak??” sela Ayu.
“Mungkin ada seseorang yang lebih disayangi oleh Nak Riri melebihi Nak Ayu atau apapun dan siapapun.”
“Angga !! Pasti Angga !!” batin Ayu.

Keesokan harinya Ayu pergi menemui Angga. Ayu sangat yakin bahwa orang yang sangat disayangi Riri adalah Angga. Orang yang sangat disayangi oleh Riri melebihi apapun dan siapapun adalah Angga. Dan lagi, jika ditelik lebih dalam, Riri mulai menjadi linglung setelah ia dan Angga mengakhiri hubungan mereka. Ayu menunggu Angga di kafe ‘Lotus’.
“Yu !!” panggil Angga dari kejauhan.
“Hey, silahkan duduk.”
“Ada apa?? Tumben ngajak ketemu??”
Lalu Ayu menceritakan pada Angga tentang semua yang terjadi pada Riri. Tentang tertidurnya Riri,tentang mimpi Ayu, dan juga tentang yang dikatakan Pak Subur. Angga terdiam. Seperti ada beribu petir menyambar tepat ke arah dadanya. Begitu sakit. Begitu pilu. Orang yang disayanginya mengalami hal seperti ini. Tentu saja Angga sangat menyayangi Riri. Sangat menyayanginya melebihi rasa sayangnya terhadap dirinya sendiri. Dan alasan kenapa mereka berpisah pun sangat rumit. Mereka berpisah walaupun mereka tak ingin. Karena mungkin memang harus seperti itu alurnya.

Angga dan Ayu bergegas menuju ke rumah Riri. Tak disangka ternyata Pak Subur juga berada disana. Angga langsung menuju kamar Riri. Didekatinya sosok yang sangat disayanginya itu dengan perlahan. Dibelainya rambut Riri dengan lembut. Dan butiran bening itu jatuh begitu saja dari pelupuk mata Angga. Angga mengalihkan pandangannya pada Pak Subur.
“Pak, tak adakah yang bisa kita lakukan agar Riri terbangun??” tanya Angga.
“Kita tidak bisa, tapi sepertinya Nak Angga bisa.”
“Saya??” angga kaget.
“iya, sepertinya Nak Angga lah orang yang sangat disayangi oleh Nak Riri.” Ujar Pak Subur.
“Bagaimana caranya,Pak??”
“Nak Angga harus berada di tempat yang sama dengan Nak Riri.”
“Jadi??”
“Jadi saya akan mengantar Nak Angga kesana. Namun itu jika Nak Angga berkenan.”
“Lakukan, Pak!! Tapi apa itu akan lama??”
“Tergantung. Tergantung sekuat apa Nak Angga bertekat dan bertahan untuk berusaha membawa Nak Riri pulang.”
“Baiklah,Pak. Tolong antar saya kesana.”

Sebelum ritual dimulai, Angga terlebih dulu menghubungi orangtuanya dan mengatakan bahwa ia akan pergi ke luar kota untuk beberapa waktu untuk sebuah urusan. Hal itu dilakukan agar orangtuanya tidak khawatir.

Ritual pun dimulai. Pak Subur meminta Angga berbaring tepat disamping Riri yang tertidur panjang. Angga menarik nafas panjang dan menutup mata. Dalam hatinya ia  berjanji bahwa ia akan membawa Riri pulang walau bagaimanapun itu caranya. Pak Subur pun mulai membaca mantranya.
            ** ** ** ** **
Angga berada di tempat yang sama sekali tak dikenalnya. Asing, benar-benar asing. Namun, tempat itu sangat indah. Tak pernah ia mengunjungi tempat seindah itu sebelumnya.

Ia mendengar suara nyanyian. Suara  seorang gadis. Suara itu menyenandungkan sebuah lagu yang sangat dikenalnya.
Sarang sarang sarang deullyeooneun bissori. Dugeun dugeun dugeun tteollyeooneun nae gaseum. Sarang sarang sarang dugeun dugeun, usansori bissori nae gaseum sori. Sarangbi~ga naeryeo onaeyo. I love rain i love you.” Syair itulah yang disenandungkan oleh suara tersebut.

Angga mulai melangkah mendekati asal suara itu dengan perlahan. Namun, tanpa menoleh pada Angga, sosok si empunya suara itu berjalan berlalu meninggalkan tempat dimana semula dimana ia bersenandung. Ya, sosok itu adalah sosok Riri. Sosok yang dicari oleh Angga. Riri tampak sangat cantik terbalut dalam mini dress se-lutut berwarna biru muda dilengkapi dengan hig heels berwarna senada dan rambutnya yang tergerai bebas. Riri nampak sangat anggun namun tak meninggalkan karakter asli dirinya yang chic,ceria, dan lincah. Riri menoleh pada Angga dengan pandangan penuh tanya.
“Siapa orang ini ??” batin Riri.
Ya, Riri tak mengenal siapa Angga. Karena ini adalh dunia Riri. Dunia yang ia ciptakan sendiri. Dunia dimana ia bisa melakukan apapun dan semua ia kendalikan sendirinya. Karena ia lah penciptanya. Ya, ini dunianya. Dunia fantasinya. Dunia khayalannya.

Tentu saja ia tak mengenal Angga. Karena dari awal ia menciptakan dunia ini adalah dengan tujuaan untuk meninggalkan orang-orang di masa lalunya dan menemui orang-orang baru yang belum pernah ditemuinya sebelumnya. Dan Angga bukanlah termasuk tokoh yang ada di dunia Riri. Seperti halnya Ayu. Oleh karena itu Riri tak mengenal mereka.
            ** *** ** ** **
Riri berjalan menuju sebuah rumah kayu sederhana. Rumah itu begitu mungil dan asri. Riri berjalan dengan santainya. Dan tentu saja Angga membuntutinya. Di teras rumah itu Tedy sudah menunggu Riri. Tedy, ia adalah sosok yang sangat disayangi oleh Riri. Pastinya di dunia Riri. Dan di dunia Riri, Tedy tak pernah sekalipun menyakiti Riri. Riri datang, Tedy pun memeluknya dengan hangat. Angga tersentak kaget.
“ Siapa  pria itu ?” batin Angga.
Riri dan Tedy berlalu masuk ke dalam rumah. Pikiran Angga kalut. Ada banyak tanya yang tiba-tiba muncul di kepalanya. Siapa pria itu ?? Ada apa dengan mereka ?? Kenapa mereka disini ?? Dan banyak tanya tanya lainnya yang berkecamuk di pikirannya.

Ada sebuah rumah di sebelah rumah tempat Riri dan Teddy masuk tadi. Angga beranjak dari tempatnya terpaku dan berjalan menuju rumah itu. Angga mendekati pintu,
            “Permisi !! Ada orang?!!”
Namun tak ada jawaban. Angga melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan ragu. Benar saja, tak ada seorang pun di dalam rumah itu. Perabotan di rumah itu lengkap. Hanya saja, semuanya adalah perabotan tua. Meja, kursi, tv, dan benda-benda lainnya begitu klasik. Begitu kuno. Ada dua buah tempat tidur kecil disana yang berjajar tak berjauhan. Angga mendekati salah satu tempat tidur itu dan membaringkan tubuhnya. Hingga akhirnya dia terlelap.
            ********
Angga mencium aroma masakan yang begitu sedap dan membuatnya terbangun dari tidurnya. Ia bangkit dan berjalan mengikuti aroma masakan itu berasal. Seorang nenek ada disana. Beliau tampak sibuk dengan pisau dan beberapa sayuran yang sedang dipotong-potongnya. Beliau menyadari kehadiran Angga dan menoleh,
            “ Kau sudah bangun?? Apa kau sudah lapar?? “
Angga hanya terdiam.
            “ Duduklah. Kau makanlah dulu.” Nenek itu mempersilahkan Angga duduk dan membawakannya beberapa makanan yang sudah ia masak. Nenek tua itu duduk di depan Angga.
            “ Aku tau kau akan datang.” Ucap nenek tua itu.
Angga kaget dan memandang nenek tua itu dengan penuh tanya.
            “ Sudahlah, kita makan dulu. Kau pasti lapar. Nanti saja kita bicara.”

Setelah makan, nenek tua itu menceritakan tentang semua yang ada disini. Semua hal yang ada di dunia Riri.
            “ Lalu, pria itu siapa , nek??”
            “ Dia Teddy. Disini,tedy adalah kekasih Riri. Kekasih yang tak pernah sekalipun melukai hati Riri. Seperti yang selalu diharapkan Riri. Dan akhirnya, terciptalah sosok Teddy disini. Di dunia milik Riri.”
            “ Tapi nek, bukankah dunia ini semu?? Semua yang ada disini, Teddy, dan maaf  mungkin nenek juga semu. Tidak nyata.”
            “ Tentu saja aku mengerti. Dan bukankah kau datang kesini juga karena ingin membangunkan Riri dari dunianya??”
            “ Iya, nenek benar.“
            “ Tentu saja kau harus. Karena dunia ini semu. Dan tempat riri bukanlah disini. Ini tak akan baik untuknya. Karena dunia ini hanya angan.’
            “ Tunggu, bagaimana nenek bisa tahu tentang semua ini?? Dan juga bagaiman nenek bisa tau tentang aku??”
            “ Karena Tuhan mengijinkan ku untuk tahu.” Jawab nenek tua itu dengan tersenyum.
            “ Lalu apa yang harus saya lakukan, nek ??”
            “ Hanya nak Angga yang tau nak Angga harus berbuat apa. Riri tak akan mengenalmu disini. Karena pada dasarnya kau tak pernah ada di dunia yang ia ciptakan ini.”
Angga semakin tak mengerti harus berbuat apa. Ia hanya diam.
“ Mungkin cinta nak Angga yang bisa membawanya pulang.” Ujar sang nenek sambil berlalu.
            ********
Disaat Angga disibukkan oleh teka-teki yang dihadapinya, Riri datang.
            “ Permisi !! Nenek Uti ada??”
Angga terkejut dan bangkit dari tempat ia duduk,
            “ Nenek Uti siapa, Ri??”
Riri memandan Angga dengan tatapan bingung. Angga pun tersadar, tentu saja nenek Uti adalah nenek pemilik rumah rumah yang ia tumpangi saat ini.
            “ Ahhh dasar bodoh !” Angga merutuki dirinya sendiri.
            “ ahh, iya nenek Uti ada. Silahkan masauk. Ri !!”
            “ Kamu mengenalku??” tanya Riri.
Angga gelagapan. Bagaiman ia bisa lupa kalau Riri tak mungkin mengenalinya disini.
            “ I... iya tentu saja. Nenek menceritakan tentang tetangga-tetangga disini.” Jawab Angga sekenanya.
Nenek Uti muncul, Angga bernapas lega merasa tyerselamatkan dengan kemunculan nenek Uti. Jadi ia tak harus meladeni pertanyaan-pertanyaan Riri yang sudah pasti akan membuatnya semakin  bingung harus menjawab apa. Nenek uti mempersilahkan Riri duduk dan memperkenalkan Angga sebagai cucunya yang datang dari tempat yang jauh. Ya, tentu saja. Angga memang datang dari tempat yang  jauh. Sangat-sangat jauh. Bahkan dari dimensi yang berbeda hanya dengan tujuan untuk bisa membawa Riri pulang. Membawa seseorang yang sangat disayanginya pulang dan kembali bersamanya.”
            *********
Ini sudah hari ke-3 Angga berada di Dunia Riri. Namun ia masih bingung tentang apa yang harus dilakukannya untuk bisa membawa Riri pulang. Hari ini Angga berencana berkunjung ke rumah Riri. Ya, rumah Riri di dalam Dunia Riri.
            “ Permisi !!” Angga mengetuk pintu rumah Riri. Riri membuka pintu dan tersenyum. Ia mempersilahkan Angga masuk. Angga terkejut saat melihat Teddy ada di dalam sana. Sebagai seorang pria, tentu saja ia merasa cemburu melihat orang yang sangat disayanginya bersama orang lain. Bersama pria lain.
Angga duduk mematung. Ia bingung harus mengatakan apa. Disamping itu, ia juga sedang terbakar api cemburu melihat dua sosok yang ada di depannya saat ini. Seperti ada ledakan api di dalam dadanya. Begitu panas, begitu membakar. Sesaat kemudian Teddy berpamitan dengan alasan ada urusan yang harus ia selesaikan. Aneh, dari ekspresi wajah Teddy ia tak menunjukkan adanya ekspresi marah atau terganggu atas kedatangan Angga yang jelas-jelas mengganggu waktu bersamanya dengan Riri. Malah Teddy terkesan seolah memberikan kesampatan pada Angga untuk mendekati Riri.
Sepeninggal Teddy, mulailah obrolan-obrolan ringan muncul diantara Angga dan Riri. Yahh satu poin plus untuk Angga. Hari mulai sore. Angga pun berpamitan pulang.